Prof. Dr. R.M. Soedarsono (lahir di Yogyakarta, 1 Mei 1933; umur 82 tahun) adalah seniman berkebangsaan Indonesia. Namanya dikenal secara luas melalui karya-karyanya berupa koreografi dan buku-buku yang diterbitkan baik di dalam maupun luar negeri. Soedarsono juga merupakan salah satu guru besar bidang Seni dan Sejarah Budaya di Fakultas Ilmu Budaya dan program Pascasarjana Universitas Gajah Mada.
Soedarsono menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gadjah Mada (UGM). Setelah lulus dari UGM, dia mengawali karirnya di kampus alma maternya sebagai asisten pengajar asing Prof. Mookerjee dan Dr. D.C Mulder, kemudian diangkat sebagai Pembantu Dekan III, dan beberapa tahun kemudian Pembantu Dekan I. Tahun 1962, bersama C Hardjosubroto ia berhasil mendirikan Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI). Setelah ASTI diresmikan pada 30 November 1963, ia diangkat sebagai direkturnya. Soedarsono kemudian mengikuti pendidikan di bidang Etnomusikologi di University of Hawaii, dan tari di University of California Los Angeles/UCLA, Amerika Serikat.
Setelah itu ia menyelesikan program doktornya di University of Michigan, Amerika Serikat (1982). Dengan ketekunan, dalam waktu 6 bulan ia menyelesaikan disertasi berbahasa Inggris dengan judul Wayang Wong In The Yogyakarta Kraton History, Ritual Aspects, Literany Aspek and Choracterization. Hanya dalam waktu dua setengah tahun, ia berhasil menyelesikan program Doktornya. Disertasinya tersebut kemudian diterbitkan Gadjah Mada University Press dengan judul Wayang Wong, the State Ritual Dance Drama in the Court of Yogyakarta.
Kini ia adalah Profesor Seni dan Sejarah Budaya di Fakultas Ilmu Budaya dan program Pascasarjana UGM. Ia juga menduduki posisi sebagai ketua program bidang studi Pascasarjana dan program S-3 di Departemen Pendidikan Nasional. Sebelumnya ia menjabat sebagai direktur Akademi Seni Tari Indonesia/ASTI Yogyakarta (1963-1980), Asisten Dekan Pertama di Institut Seni Indonesia Yogyakarta (1984-1992), Dekan di ISI Yogyakarta (1992-1997), pengajar tamu di Universitas Wesleyan (1971), University of Hawaii (1974) dan University of Michigan (1977). Dari tahun 1992 sampai 1997 ia juga dipercaya menjabat sebagai Ketua Dewan Pengarah pada lembaga Kementerian Pendidikan untuk Proyek Arkeologi dan Seni.
Dengan keahliannya di bidang tari ia telah banyak memberikan saran dalam berbagai seminar dalam negeri maupun internasional, seperti: Seminar On Ethnomusicology di Los Angeles, Amerika Serikat (1968), Seminar On Asia Ramayana di Pandaan, Indonesia (1971), Seminar On Third World Theatre di Manila, Piliphina (1971), Seminar On Third World Theatre di Iran (1973), Symposium On The Arts Of Asia di Seoul, Korea Selatan (1973), Conference On Traditional Art di Rennes, Perancis (1976), International Musicological Congress (1977), Seminar On Southeast Asian Aesthetics di Ann Arbor, Michigan, Amerika Serikat (1977), Seminar On Dance di Honolulu, Hawaii, Amerika Serikat (1978), dan Seminar On Documentation For Visual And Performing Arts di Jakarta (1976).
Monumen Nasional (Monas) berada dipusat kota Jakarta yaitu di Lapangan Monas Jakarta Pusat, atau ke arah selatan dari Istana Negara di Jakarta. Tugu Peringatan Nasional yang satu ini merupakan salah satu dari monumen peringatan yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat melawan penjajah Belanda. Dibangun pada tahun 1959 dan selesai pada tahun 1960. Bentuk Tugu peringatan yang satu ini sangat unik. Sebuah batu obelik yang terbuat dari marmer yang berbentuk lingga yoni simbol kesuburan ini tingginya 132 meter (433 kaki) yang dibangun di areal seluas 80 hektar.
Tugu ini diarsiteki oleh R.M. Soedarsono dan Friedrich Silaban (arsitek Mesjid Istiqlal), dengan konsultan Ir. Rooseno. Resmi dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975. Monas mengalami lima kali pergantian nama, yang pertama yaitu Lapangan Gambir karena dulu merupakan daerah Pasar Gambir. Lalu ganti nama lagi menjadi Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan Monas, dan Taman Monas. Disekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat berolahraga.
Soedarsono menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gadjah Mada (UGM). Setelah lulus dari UGM, dia mengawali karirnya di kampus alma maternya sebagai asisten pengajar asing Prof. Mookerjee dan Dr. D.C Mulder, kemudian diangkat sebagai Pembantu Dekan III, dan beberapa tahun kemudian Pembantu Dekan I. Tahun 1962, bersama C Hardjosubroto ia berhasil mendirikan Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI). Setelah ASTI diresmikan pada 30 November 1963, ia diangkat sebagai direkturnya. Soedarsono kemudian mengikuti pendidikan di bidang Etnomusikologi di University of Hawaii, dan tari di University of California Los Angeles/UCLA, Amerika Serikat.
Setelah itu ia menyelesikan program doktornya di University of Michigan, Amerika Serikat (1982). Dengan ketekunan, dalam waktu 6 bulan ia menyelesaikan disertasi berbahasa Inggris dengan judul Wayang Wong In The Yogyakarta Kraton History, Ritual Aspects, Literany Aspek and Choracterization. Hanya dalam waktu dua setengah tahun, ia berhasil menyelesikan program Doktornya. Disertasinya tersebut kemudian diterbitkan Gadjah Mada University Press dengan judul Wayang Wong, the State Ritual Dance Drama in the Court of Yogyakarta.
Kini ia adalah Profesor Seni dan Sejarah Budaya di Fakultas Ilmu Budaya dan program Pascasarjana UGM. Ia juga menduduki posisi sebagai ketua program bidang studi Pascasarjana dan program S-3 di Departemen Pendidikan Nasional. Sebelumnya ia menjabat sebagai direktur Akademi Seni Tari Indonesia/ASTI Yogyakarta (1963-1980), Asisten Dekan Pertama di Institut Seni Indonesia Yogyakarta (1984-1992), Dekan di ISI Yogyakarta (1992-1997), pengajar tamu di Universitas Wesleyan (1971), University of Hawaii (1974) dan University of Michigan (1977). Dari tahun 1992 sampai 1997 ia juga dipercaya menjabat sebagai Ketua Dewan Pengarah pada lembaga Kementerian Pendidikan untuk Proyek Arkeologi dan Seni.
Dengan keahliannya di bidang tari ia telah banyak memberikan saran dalam berbagai seminar dalam negeri maupun internasional, seperti: Seminar On Ethnomusicology di Los Angeles, Amerika Serikat (1968), Seminar On Asia Ramayana di Pandaan, Indonesia (1971), Seminar On Third World Theatre di Manila, Piliphina (1971), Seminar On Third World Theatre di Iran (1973), Symposium On The Arts Of Asia di Seoul, Korea Selatan (1973), Conference On Traditional Art di Rennes, Perancis (1976), International Musicological Congress (1977), Seminar On Southeast Asian Aesthetics di Ann Arbor, Michigan, Amerika Serikat (1977), Seminar On Dance di Honolulu, Hawaii, Amerika Serikat (1978), dan Seminar On Documentation For Visual And Performing Arts di Jakarta (1976).
Monumen Nasional (Monas) berada dipusat kota Jakarta yaitu di Lapangan Monas Jakarta Pusat, atau ke arah selatan dari Istana Negara di Jakarta. Tugu Peringatan Nasional yang satu ini merupakan salah satu dari monumen peringatan yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat melawan penjajah Belanda. Dibangun pada tahun 1959 dan selesai pada tahun 1960. Bentuk Tugu peringatan yang satu ini sangat unik. Sebuah batu obelik yang terbuat dari marmer yang berbentuk lingga yoni simbol kesuburan ini tingginya 132 meter (433 kaki) yang dibangun di areal seluas 80 hektar.
Tugu ini diarsiteki oleh R.M. Soedarsono dan Friedrich Silaban (arsitek Mesjid Istiqlal), dengan konsultan Ir. Rooseno. Resmi dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975. Monas mengalami lima kali pergantian nama, yang pertama yaitu Lapangan Gambir karena dulu merupakan daerah Pasar Gambir. Lalu ganti nama lagi menjadi Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan Monas, dan Taman Monas. Disekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat berolahraga.
Tag :
Budaya